Waspada! Ini 5 Kebiasaan Unik Senior Demensia di Indonesia yang Sering Disalahpahami
Waspada! Ini 5 Kebiasaan Unik Senior Demensia di Indonesia yang Sering Disalahpahami
DEMENTIA AWARENESS
BRIGHT Team
9/30/20256 min read
Pendahuluan: Memahami Demensia dan Perawatannya
Demensia adalah suatu kondisi yang ditandai oleh penurunan fungsi kognitif yang mempengaruhi daya ingat, berpikir, dan perilaku individu. Umumnya, demensia terjadi pada lansia, tetapi bukan bagian dari proses penuaan yang normal. Di Indonesia, prevalensi demensia menunjukkan peningkatan seiring bertambahnya usia populasi. Penyakit Alzheimer, salah satu bentuk demensia yang paling umum, sering kali menjadi alasan utama terjadinya penurunan kemampuan kognitif ini. Memahami demensia dan perawatannya adalah krusial bagi keluarga dan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang mendukung bagi individu yang terpengaruh oleh kondisi ini.
Demensia dapat mempengaruhi perilaku dan kehidupan sehari-hari pengidapnya dengan berbagai cara. Tanda-tanda yang sering muncul termasuk kesulitan dalam mengingat informasi baru, kebingungan dalam mengikuti percakapan, serta perubahan suasana hati yang tiba-tiba. Perubahan ini sering kali berpengaruh besar terhadap interaksi sosial dan hubungan dengan keluarga. Pemahaman yang baik mengenai demensia sangat diperlukan dalam rangka mengurangi stigma dan kesalahpahaman yang sering dialami oleh lansia dengan kondisi ini.
Artikel ini bertujuan untuk membahas lima kebiasaan unik yang sering dilakukan oleh lansia demensia di Indonesia, yang mungkin disalahpahami oleh masyarakat. Kebiasaan-kebiasaan ini seringkali dipandang sebagai perilaku aneh, padahal mereka merupakan respons alami terhadap kondisi yang mereka hadapi. Dengan memahami kebiasaan ini, diharapkan pembaca dapat lebih menghargai dan memberikan dukungan yang tepat bagi mereka yang mengalami demensia serta keluarganya. Pengetahuan ini penting untuk menciptakan dukungan yang komprehensif dan mengurangi dampak negatif dari kondisi demensia dalam masyarakat.
Kebiasaan Pertama: Ritual Harian yang Disalahpahami
Ritual harian pada lansia yang mengalami demensia sering kali menjadi bagian penting dalam kehidupan mereka. Kebiasaan ini, meskipun tampak sepele, berfungsi sebagai panduan bermanfaat yang memberikan struktur dan rasa aman dalam rutinitas sehari-hari. Namun, banyak orang yang tidak memahami tujuan dari kebiasaan ini dan menjadi salah paham mengenai motivasi di balik tindakan tersebut.
Sebagai contoh, beberapa lansia demensia mungkin memiliki kebiasaan tertentu seperti menyusun barang-barang di sekitar rumah dengan cara yang sangat spesifik. Mereka mungkin merasa nyaman ketika menerapkan rutinitas ini, dan ketika ada perubahan, bahkan yang sekecil apapun, mereka bisa merasa kehilangan atau stres. Dalam konteks ini, anggota keluarga atau perawat mungkin melupakan pentingnya ritual ini bagi lansia dan menganggapnya sebagai tingkah laku yang tidak wajar atau berlebihan.
Banyak orang cenderung melihat kebiasaan ini sebagai indikator sifat aneh atau tidak kooperatif. Padahal, ritual harian ini mendukung adaptasi mereka dalam menghadapi perubahan kognitif yang terjadi. Misalnya, mengulang aktivitas seperti merawat tanaman bisa membawa kembali memori positif atau memberikan kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungan secara lebih signifikan. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih dalam mengenai kebiasaan ini akan membantu orang lain dalam mendukung kesejahteraan lansia demensia.
Apabila kebiasaan harian ini disalahpahami dan diabaikan, dampak yang ditimbulkan bisa sangat serius terhadap kualitas hidup lansia demensia. Mereka dapat merasa terasing jika tidak ada ruang untuk menjalankan ritual tersebut. Kesadaran akan peran penting ritual harian ini harus ditingkatkan, agar masyarakat lebih peka dan berempati terhadap pengalaman hidup lansia yang menghadapi tantangan demensia.
Kebiasaan Kedua: Komunikasi yang Berbeda
Komunikasi adalah aspek fundamental dalam interaksi manusia, namun bagi lansia yang mengalami demensia, cara mereka berkomunikasi dapat berbeda secara signifikan. Salah satu kebiasaan yang sering terlihat adalah penggunaan bahasa tubuh untuk mengekspresikan diri. Lansia demensia mungkin tidak mampu menggunakan verbal secara efektif, tetapi mereka kemungkinan akan menggunakan gerakan tangan atau ekspresi wajah untuk menyampaikan perasaan atau kebutuhan mereka. Pemahaman yang lebih dalam terhadap bahasa tubuh ini sangat penting bagi keluarga dan caregiver, karena dapat membantu mengurangi kebingungan dan menciptakan hubungan yang lebih baik.
Selain itu, nada suara yang digunakan oleh lansia demensia kadang-kadang dapat mencerminkan emosi yang lebih mendalam. Misalnya, mereka mungkin berbicara dengan nada yang lebih lembut jika merasa nyaman atau sebaliknya, nada yang lebih keras ketika mereka merasa gelisah. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun kemampuan verbal mereka terbatas, mereka tetap memiliki cara untuk berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya. Keluarga dan caregiver harus peka terhadap intonasi dan konteks di mana komunikasi ini terjadi untuk memahami apa yang sebenarnya ingin disampaikan.
Dari segi cara berbicara, lansia demensia mungkin mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang logis atau mengenali kata-kata tertentu. Akibatnya, mereka bisa saja mengulang frasa atau kata secara berulang. Ini bisa dipahami sebagai upaya untuk mengingat atau memproses informasi yang mereka inginkan. Keluarga dan caregiver disarankan untuk berbicara dengan sabar dan menghindari menginterupsi, memberi mereka waktu dan ruang untuk mengekspresikan diri. Dengan melakukan pendekatan yang penuh empati, kualitas komunikasi dapat meningkat, meskipun ada perbedaan dalam cara berkomunikasi.
Kebiasaan Ketiga: Mengulangi Aktivitas atau Cerita
Mengulangi aktivitas atau cerita merupakan kebiasaan yang sering ditemui pada lansia yang mengalami demensia. Bagi banyak orang, tindakan ini dapat terlihat aneh atau mengganggu, namun bagi individu yang mengalami demensia, pengulangan ini memiliki makna yang lebih dalam. Proses mengulang aktivitas atau cerita tidak hanya merupakan bagian dari gejala demensia, tetapi juga berfungsi sebagai mekanisme untuk membangun rasa aman dan nyaman dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Penting untuk dicatat bahwa pengulangan permintaan, pertanyaan, atau narasi tertentu dapat membantu menciptakan struktur yang familiar dan dapat diprediksi bagi lansia demensia. Dalam banyak kasus, mereka mungkin tidak sepenuhnya menyadari bahwa mereka telah mengulangi aktivitas tersebut. Namun, pengulangan ini dapat menciptakan pengalaman yang menenangkan dan memberikan rasa keterikatan dengan kenangan serta aktivitas sebelumnya. Dengan demikian, memahami kebiasaan ini adalah langkah penting untuk merangkul dan mendukung lansia dalam keseharian mereka.
Dalam konteks terapi aktivitas, pengulangan bisa menjadi alat yang efektif. Terapi ini tidak hanya digunakan untuk merangsang memori tetapi juga untuk meningkatkan keterlibatan sosial dan keterampilan motorik. Melalui pengulangan, lansia dapat merasa lebih percaya diri dan berdaya, sehingga meningkatkan kualitas hidup mereka. Proses ini memungkinkan mereka untuk terlibat dalam percakapan yang bermakna, meskipun mungkin terkesan repetitif bagi orang lain. Oleh karena itu, pendekatan yang sabar dan empatik sangat dibutuhkan dalam berinteraksi dengan mereka yang mengalami demensia.
Secara keseluruhan, mengulangi aktivitas atau cerita bukanlah suatu kebiasaan yang perlu dihindari, melainkan harus dipahami sebagai bagian dari pengalaman hidup lansia demensia. Memfasilitasi dan mendukung kebiasaan ini dapat berkontribusi pada kesejahteraan emosional dan mental mereka.
Kebiasaan Keempat: Ketertarikan pada Musik dan Kenangan
Dalam konteks demensia, musik memiliki peran signifikan dalam memfasilitasi koneksi emosional dan kognitif bagi lansia. Ketertarikan mereka terhadap musik sering kali terhubung dengan kenangan masa lalu, yang dapat menjadi jendela untuk mengingat kembali pengalaman berharga. Surat kabar dan penelitian menunjukkan bahwa musik dapat merangsang area otak yang tetap aktif meski dalam kondisi demensia, memungkinkan lansia untuk mengingat lagu-lagu favorit, momen spesifik, atau bahkan interaksi sosial dari masa lalu.
Terapi musik merupakan salah satu pendekatan yang digunakan dalam perawatan demensia. Melalui sesi terapi, lansia diajak untuk mendengarkan, menyanyi, atau bahkan bermain alat musik. Ini tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga meningkatkan suasana hati serta merangsang komunikasi. Selama sesi, banyak lansia yang terlihat lebih bersemangat dan responsif, menunjukkan betapa efektifnya musik dalam meningkatkan kualitas hidup mereka.
Contoh aktifitas yang dapat dilakukan meliputi mendengarkan koleksi lagu dari era tertentu, mengadakan sesi bernyanyi bersama, atau mengajak lansia untuk mengenang lirik lagu. Kegiatan ini membantu menciptakan ikatan yang kuat antara pengasuh dan lansia, serta meningkatkan rasa berkah terhadap identitas diri mereka. Melalui interaksi ini, lansia bisa merasa dihargai dan diakui, yang sangat penting untuk kesejahteraan mental mereka.
Adalah penting untuk memahami bahwa ketertarikan pada musik dan kenangan bukanlah sekadar hobi bagi lansia demensia, tetapi lebih merupakan sarana untuk menciptakan ruang bagi mereka untuk berjejer kembali dengan kenangan yang mungkin hilang. Dengan demikian, musik bukan hanya sekadar suara, tetapi juga jembatan menuju perasaan dan memori yang mendalam.
Kebiasaan Kelima: Pola Tidur yang Tidak Biasa
Pola tidur yang tidak biasa merupakan salah satu ciri khas yang sering tampak pada lansia yang mengalami demensia. Apabila dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami gangguan ini, lansia demensia sering kali menunjukkan fluktuasi signifikan dalam waktu tidur dan jam bangun mereka. Mereka mungkin tidur lebih lama di siang hari dan mengalami kesulitan untuk terjaga di malam hari, atau sebaliknya, mereka mungkin terjaga lebih lama di malam hari dan tidur sebentar di siang hari. Ketidakpastian ini dapat disalahartikan sebagai malas atau ketidakpedulian, padahal ada alasan kesehatan mental yang mendasarinya.
Pola tidur yang tidak teratur ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan pada siklus sirkadian yang diatur oleh otak. Lansia demensia mungkin perlu lebih banyak waktu untuk beristirahat tetapi tidak dapat mengatur waktu tidur yang berkualitas. Selain itu, gangguan seperti kecemasan dan depresi dapat memperburuk masalah tidur mereka. Ini berarti bahwa kesehatan mental sangat memengaruhi pola tidur atau kebiasaan tidur mereka, yang sudah menjadi tantangan tambahan bagi mereka dan keluarga. Dalam konteks ini, penting bagi pengasuh dan anggota keluarga untuk memahami bahwa kebiasaan tidur yang aneh ini bukan disebabkan oleh kelalaian, tetapi merupakan bagian dari gejala demensia.
Penanganan yang tepat dapat membantu meningkatkan kualitas tidur lansia demensia. Misalnya, memastikan lingkungan tidur yang nyaman, menerapkan rutinitas tidur yang konsisten, serta mengurangi stimulasi berlebihan sebelum tidur dapat sangat membantu. Dengan pemahaman yang jelas mengenai pola tidur ini, diharapkan masyarakat dapat lebih empatik dan memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh lansia demensia untuk menemukan pola tidur yang lebih baik dan lebih teratur.
Kesimpulan
Dalam perawatan demensia, penting bagi kita untuk memahami dan menghargai kebiasaan unik yang muncul di kalangan lansia demensia di Indonesia. Kebiasaan ini sering kali disalahpahami oleh keluarga dan masyarakat, sehingga dapat menimbulkan stigma dan ketidakpahaman. Dengan meningkatkan pemahaman terhadap perilaku yang mungkin tampak tidak biasa, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan empatik bagi penderita demensia.
Penting untuk menggali lebih dalam alasan di balik kebiasaan tersebut. Banyak dari tindakan ini berasal dari reaksi emosional dan kebutuhan mendasar yang mungkin tidak langsung terlihat. Dalam konteks perawatan demensia, perawatan yang penuh empati menjadi kunci. Hal ini mencakup penerimaan atas perbedaan dan usaha untuk menjalin komunikasi yang lebih baik. Setiap individu adalah unik, dan memahami bahwa mereka memiliki cara tersendiri dalam mengekspresikan diri akan sangat menghargai perjalanan hidup mereka.
Memilih merek perawatan yang tepat seperti 'Bright Dementia Active Care' dapat menjadi langkah yang bijak bagi keluarga. Produk ini menawarkan dukungan yang dibutuhkan oleh pasien demensia sekaligus menghadirkan pendekatan yang positif dalam perawatan. Dengan dukungan yang tepat, para lansia dapat merasakan kenyamanan dan keamanan dalam lingkungan yang menghargai keunikan mereka.
Sebagai penutup, mari kita ingat bahwa perubahan cara pandang terhadap kebiasaan unik lansia demensia adalah langkah penting dalam menciptakan komunitas yang lebih baik. Dengan begitu, keluarga dapat mendampingi mereka dengan lebih baik, serta memberikan perawatan yang dibutuhkan dengan penuh kasih sayang dan pengertian.
Alamat :
Contact Us :
MORE INFO :
info@dementiacare.id
© 2024. All rights reserved.
BRIGHT Dementia Active Care Jl. K.H Moh. Toha, No. 13 Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Indonesia, 16720


